Rahim Pengganti

Bab 77 "Menentukan Pilihan Bagian 2"



Bab 77 "Menentukan Pilihan Bagian 2"

0Bab 77     
0

Menentukan pilihan bagian 2     

Ketiganya syok, dengan cerita yang sudah di ungkapkan oleh Carissa. Siska sampai sampai emosi dan ingin melabrak Della, namun sosok malaikat di dalam hati Caca melarang Siska.     

"Jangan gunakan tenaga kamu, hanya untuk orang yang seperti itu," ucap Caca. Siska segera memeluk kakaknya, itu bahagia dan sedih menjadi satu. Kedua wanita itu saling menguatkan satu dengan lainnya.     

"Loe tenang aja, Ca. Ada kita kita yang bakalan bantuin loe, gue orang pertama yang bakalan bunuh Bian kalau dia berani balik dengan wanita ular itu lagi," ucap Elang dengan nada bicara penuh penekanan. Pria itu akan melakukan hal tersebut, jika Bian masih memikirkan untuk kembali. Karena Elang tahu, bagaimana bodohnya Bian.     

"Jangan gitu Mas. Kasihan Melody, kalau kamu bunuh Mas Bian," ujar Carissa. Mendengar hal itu membuat Elang terdim, apa yang di ucapkan oleh Carissa benar adanya. Namun, Elang tidak suka jika Bian bersikap seperti itu. Pria itu benar benar kesal dengan tingkah laku sahabatnya itu.     

***     

Di lain tempat, Bian segera melajukan mobilnya dengan sangat kencang pria itu selalu memikirkan perasaan sang istri yang pasti akan benar benar hancur.     

"Kamu harus dengarkan penjelasan aku dulu Sayang. Astaga," ucap Bian dengan panik nya, pria itu yakin saat ini Carissa akan berpikiran yang aneh aneh mengingat bagaimana Della bersikap.     

Mobil yang dikendarai Bian sudah terparkir dengan baik di depan rumah, pria itu segera turun melihat sang majikan seperti ini membuat supir rumah itu bingung.     

"Bapak kenapa seperti itu ya Sus? Gak biasanya," ujar Pak supir.     

"Entah lah. Aku sih berharap gak ada hal buruk yang terjadi. Kasihan ibu Caca sama non Melody kalau ada hal tidak baik terjadi kembali," jawab Susi.     

Semua asiten rumah tangga selalu berdoa, supaya rumah tangga Bian dan Carissa baik baik saja. Sudah cukup kejadian itu, terjadi sudah satu tahun yang lalu di mana masa itu sangat membuat siapa saja yang ada di sana terpukul.     

"Ma!!" panggil Bian. Napasnya tersengal sengal, pria itu masuk ke dalam kamar mereka namun, Caca sang istri tidak ada di dalam sana hal itu sontak membuat Bian semakin takut, takut jika Caca pergi meninggalkan diri nya.     

Jika hal tersebut, terjadi maka dapat di pastikan bahwa Bian akan sangat menyesal dan tidak bisa hidup tanpa sang istri.     

"Kamu kenapa sih?" tanya Mama Ratih, kedua wanita itu sedang berada di dapur. Setelah pulang dari panti, Bunda Iren dan Mama Ratih duduk di meja makan sembari berbincang. Melody sudah tidur sejak tadi, itulah membuat kedua nenek nya jadi lebih santai.     

"Minum dulu, Nak. Kok bunda lihat kamu panik gini," ujar Bunda Iren sembari memberikan air minum kepada menantunya itu. Bian segera mengambil gelas tersebut, di habiskan ya satu gelas sekaligus. Melihat hal itu semakin membuat Bunda Iren dan juga Mama Ratih kebingungan.     

Bian mencoba mengatur napasnya, lalu menatap ke arah kedua wanita itu.     

"Carissa di mana Ma, Bund?" tanya Bian.     

Mendengar pertanyaan dari Bian membuat, Mama Ratih memukul lengan Bian. Sungguh anaknya itu membuat mereka jadi khawatir, takut sesuatu terjadi karena Bian tadi saat di panti pergi lebih dulu.     

"Caca masih pergi sama Siska. Tadi kata nya, mereka mau beli apa gitu. Bunda juga gak ngerti," jawab Bunda Iren. Mendengar jawaban tersebut, membuat Bian bernapas dengan legah, pria itu sudah tidak sanggup jika terjadi sesuatu dengan pernikahan nya. Bisa bisa dirinya tidak akan bertahan cukup lama.     

Setelah mendengar ucapan tersebut, Bian segera pergi dari tempat itu tak lupa pria itu pamit kepada mertua dan mamanya. Bian masuk ke dal kamar, merebahkan dirinya Bian lalu mengambil ponselnya. Sudah banyak panggilan tak terjawab dari Della melihat hal itu membuat Bian malas. Pria itu lalu, mematikan ponselnya, menutup mata sejenak Bian akan menjelaskan semuanya kepada sang istri.     

***     

Bian terbangun dari tidurnya, pria itu lalu mengambil air minum yang ada di atas meja samping tempat tidur mereka. Sudah menjadi kebiasaan Carissa dan Bian selalu menyiapkan minuman tersebut, di sana supaya ketika mereka membutuhkan langsung mengambilnya.     

Setelah selesai, Bian mendengar suara air di dalam kamar mandi. Pria itu tersenyum, itu artinya sang istri sudah pulang. Bian beranjak dari tempat nya, mencoba untuk masuk ke dalam kamar mandi namun, gagal karena Carissa ternyata mengunci pintu nya.     

"Sayang kenapa di kunci," ujar Bian. Namun, dari dalam sana tidak ada seorang pun yang menjawab. Bian terus mencoba mengetuk pintu kamar mandi, tapi tetep saja Carissa tidak menjawab. Hingga seseorang di dalam sana keluar, mata Bian melotot tajam saat melihat siapa yang ada di sana.     

"Argh," teriak Bian. Napas pria itu tersengal sengal. Bian bermimpi, kenapa bisa pria itu bermimpi tentang Della. Di dalam mimpinya, ada Della di kamarnya dan keluar dari dalam kamar mandi. Bian menatap ke arah pintu tersebut, seseorang keluar.     

"Kamu kenapa Mas? Teriak sampai kenceng banget," ujar Caca. Wanita itu kaget ketika mendengar teriakan dari sang suami, untunglah Caca sudah selesai mandi.     

Bian menatap ke arah Carissa pria itu, masih menatap istrinya dengan tatapan yang begitu intens. Napas Bian terdengar legah saat melihat Caca mendekat. Takut ya saat ini rasanya Bian sangat takut dengan segala hal yang terjadi.     

"Mandi sana Mas. Udah magrib, gak baik tidur lagi," ucap Caca. Wanita itu lalu duduk di depan meja kacanya, terlihat jelas dari raut wajahnya seolah Caca tidak peduli dengan apa yang sudah terjadi.     

Bian ingin mendekati Carissa namun, wanita itu memasang wajahnya kesal. Hal seperti ini akan terjadi jika Bian, masih enggan untuk mandi padahal waktu terus berjalan. Melihat sikap Caca seperti ini, sedikit membuat Bian tenang.     

***     

Makan malam kali ini sedikit berbeda, bukan dari Bian dan Carissa namun, sikap Siska yang sedikit judes dengan sang Abang. Bian seolah tidak peka dengan keadaan yang terjadi. Sedangkan Siska sudah menahan diri untuk tidak memaki abangnya itu, semua karena permintaan Carissa yang tidak ingin banyak orang tahu tentang apa yang terjadi.     

Dering ponsel Bian berbunyi, pria itu langsung melihat siapa yang menelpon. Mata Bian melotot tajam ketika melihag nama Della yang ada di sana, pria itu segera mematikan ponselnya bisa gawat jika dirinya mengangkat panggilan tersebut.     

"Siapa? Kenapa dimatikan, tapi tumben kamu membawa ponsel ke meja makan Bian?" tanya Mama Ratih. Mendapatkan pertanyaan seperti itu membuat, Bian terdiam seribu bahasa sedangkan Caca hanya besikap pura pura tidak tahu dengan apa yang terjadi.     

"Urusan bisnis Ma."     

Mama Ratih hanya menjawab dengan anggukan kepalanya, sedangkan Siska sudah menatap Bian dengan tatapan tajam, pria itu mengerti akan tatapan yang diberikan oleh adiknya itu.     

"Aku harus segera menyelesaikan semuanya," batin Bian.     

##     

Hulla. Selamat membaca, dan terima kasih. Semoga kalian semua suka dengan kisahnya yaaa. Love you guys.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.